Hidup pasti tidak pernah lepas dari yang namanya konflik. Kalau saya mengingat pertentangan saya yang paling berat,,, dengan Oma saya. Terkait dengan pernikahan. Ini terjadi di akhir tahun 2014.
Umur saya tahun ini menginjak 30 tahun, tapi saya belum juga menikah. Pacar, sudah ada. Keinginan untuk menikah? Baik dari saya maupun pacar belum berpikir ke arah situ. Terutama saya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pernikahan belum pernah menjadi prioritas hidup saya.
Hal ini memicu perdebatan cukup panas dengan Oma saya. Beliau terus mendesak saya untuk segera menikah. Alasannya sederhana, sudah cukup umur. Saya tetap pada pendirian saya. Saya tidak suka dipaksa untuk menikah. Saya akan menikah pada waktu yang saya inginkan. Dengan orang yang saya cintai. Tanpa paksaan dan tekanan.
Perdebatan kami hari itu berakhir dengan kekesalan di hati saya. Ya siapa sih yang tidak kesal ditodong pertanyaan begitu. Apalagi Oma bilang beliau tidak habis pikir dengan pemikiran saya yang menunda pernikahan. Butuh beberapa hari bagi saya untuk mengerti pemikiran Oma.
Oma sudah tua. Apalagi saya juga sudah ditinggal Mama saya sejak bulan Juli 2014 kemarin. Salah satu kekhawatiran terbesar Oma adalah beliau tidak bisa melihat saya menikah. Hal ini terjadi kepada Mama saya. Iya saya sadar, ketika di pernikahan saya nanti Mama tidak akan hadir secara fisik. Ini yang ditakutkan Oma.
Selain itu, tidak dapat dipungkiri, ada rasa iri dari Oma melihat besannya sudah menggendong cicit. Yah, lagi-lagi kompetisi. Saya hanya bisa urut dada. Bukannya saya tidak mau mengabulkan keinginan Oma. Namanya hati tentu tidak bisa dipaksakan.
Saya hanya bisa meminta Oma untuk terus mendoakan saya agar selalu bahagia. Saya percaya, waktu saya menikah akan datang. Saya hanya perlu rasa percaya dari orang-orang terdekat saya bahwa saya akan menemukan kebahagiaan saya.
Aamiin...
*Hari 1 dari 365 hari tantangan menulis
Tema 5 Maret: Perspektif
Tuliskan tentang pertentangan terakhir yang Anda alami dengan seorang teman atau anggota keluarga - dari perspektif mereka
Umur saya tahun ini menginjak 30 tahun, tapi saya belum juga menikah. Pacar, sudah ada. Keinginan untuk menikah? Baik dari saya maupun pacar belum berpikir ke arah situ. Terutama saya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pernikahan belum pernah menjadi prioritas hidup saya.
Hal ini memicu perdebatan cukup panas dengan Oma saya. Beliau terus mendesak saya untuk segera menikah. Alasannya sederhana, sudah cukup umur. Saya tetap pada pendirian saya. Saya tidak suka dipaksa untuk menikah. Saya akan menikah pada waktu yang saya inginkan. Dengan orang yang saya cintai. Tanpa paksaan dan tekanan.
Perdebatan kami hari itu berakhir dengan kekesalan di hati saya. Ya siapa sih yang tidak kesal ditodong pertanyaan begitu. Apalagi Oma bilang beliau tidak habis pikir dengan pemikiran saya yang menunda pernikahan. Butuh beberapa hari bagi saya untuk mengerti pemikiran Oma.
Oma sudah tua. Apalagi saya juga sudah ditinggal Mama saya sejak bulan Juli 2014 kemarin. Salah satu kekhawatiran terbesar Oma adalah beliau tidak bisa melihat saya menikah. Hal ini terjadi kepada Mama saya. Iya saya sadar, ketika di pernikahan saya nanti Mama tidak akan hadir secara fisik. Ini yang ditakutkan Oma.
Selain itu, tidak dapat dipungkiri, ada rasa iri dari Oma melihat besannya sudah menggendong cicit. Yah, lagi-lagi kompetisi. Saya hanya bisa urut dada. Bukannya saya tidak mau mengabulkan keinginan Oma. Namanya hati tentu tidak bisa dipaksakan.
Saya hanya bisa meminta Oma untuk terus mendoakan saya agar selalu bahagia. Saya percaya, waktu saya menikah akan datang. Saya hanya perlu rasa percaya dari orang-orang terdekat saya bahwa saya akan menemukan kebahagiaan saya.
Aamiin...
*Hari 1 dari 365 hari tantangan menulis
Tema 5 Maret: Perspektif
Tuliskan tentang pertentangan terakhir yang Anda alami dengan seorang teman atau anggota keluarga - dari perspektif mereka