Harry dibebani dengan tugas yang gelap, berbahaya, dan tampak mustahil: mencari dan menghancurkan Horcrux-Horcrux Voldemort yang tersisa. Tidak pernah Harry merasa sangat kesepian, atau menghadapi masa depan yang sangat suram. Namun Harry harus menemukan kekuatan di dalam dirinya sendiri untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Ia harus meninggalkan kehangatan, keamanan, dan persahabatan di The Burrow dan pergi tanpa takut atau keraguan menjalani garis yang tidak ditawar lagi.Dalam seri ketujuh, terakhir, dari serial Harry Potter, J.K. Rowling dengan cara yang spektakuler membuka selubung atas jawaban dari berbagai pertanyaan yang telah sangat ditunggu-tunggu. Kisah yang memikat, dianyam dengan lompatan, tikungan, dan putaran yang mendebarkan hati, menegaskan bahwa penulis adalah seorang ratu cerita, yang bukunya akan dibaca, dibaca lagi, dan terus-menerus dibaca. (sinopsis dari sini)
Kita tiba di buku terakhir dari seri Harry Potter. Membaca kembali cukup berat buat saya karena benar2 harus curi waktu di tengah pekerjaan. Saya belajar banyak dari buku ini, apalagi berkaitan dengan pekerjaan saya.
Saya belajar kapan harus let it go. Ketika Ron meninggalkan Harry dan Hermione karena kesalahpahaman, walaupun sedih, Hermione memilih untuk melanjutkan pencarian Horcrux bersama Harry daripada terkungkung dalam kesedihan. Obsesi akan keabadian menyebabkan Voldemort memilih untuk menyimpan jiwanya dalam Horcrux. Obsesi tersebut merusak jiwanya. Hermione memilih melanjutkan, Voldemort memilih terjebak dalam obsesinya.
Saya belajar tidak pantang menyerah. Berkali-kali Harry dkk menemukan jalan buntu, berkali-kali pula mereka menemukan cara untuk berhasil. Pertempuran terakhir di Hogwarts menunjukkan semangat pantang menyerah untuk melawan Voldemort dan antek-anteknya.
Saya belajar arti kesetiaan. Apalagi kalau bukan dari Snape. As a man, he honor his promise to the death. Dia melindungi anak dari Lily, wanita yang dicintainya, hingga saat terakhir. Begitu juga dengan Harry dkk yang berusaha mencari Horcrux karena
Saya merasa, buku ini menggambarkan kondisi seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Dimulainya project baru di kantor, terus terang membuat saya stres. Sering mandeg, pengen nangis, pokoknya campur aduk. Saya berusaha bangkit setiap harinya dan menyemangati diri saya bahwa saya bisa.
Bukan berarti saya dilanda dilema. Saya menyukai tempat kerja saya sekarang ini. Teman-teman kantor yang diajak gila2an bareng membuat suasana hati saya semangat. Sudah 3 tahun saya bekerja di tempat ini, tantangan baru memanggil saya. Tantangan baru ini membuat saya harus mempertimbangkan dengan matang. Meninggalkan tempat kerja sekarang atau meninggalkan tantangan baru. It's time for me to choose and learn to let other go. Apapun keputsannya.
Buku ketujuh ini benar-benar pamungkas karena menyediakan semua jawaban atas hal-hal yang menjadi pertanyaan dari buku pertama. Tidak menyesal
Saya belajar kapan harus let it go. Ketika Ron meninggalkan Harry dan Hermione karena kesalahpahaman, walaupun sedih, Hermione memilih untuk melanjutkan pencarian Horcrux bersama Harry daripada terkungkung dalam kesedihan. Obsesi akan keabadian menyebabkan Voldemort memilih untuk menyimpan jiwanya dalam Horcrux. Obsesi tersebut merusak jiwanya. Hermione memilih melanjutkan, Voldemort memilih terjebak dalam obsesinya.
Saya belajar tidak pantang menyerah. Berkali-kali Harry dkk menemukan jalan buntu, berkali-kali pula mereka menemukan cara untuk berhasil. Pertempuran terakhir di Hogwarts menunjukkan semangat pantang menyerah untuk melawan Voldemort dan antek-anteknya.
Saya belajar arti kesetiaan. Apalagi kalau bukan dari Snape. As a man, he honor his promise to the death. Dia melindungi anak dari Lily, wanita yang dicintainya, hingga saat terakhir. Begitu juga dengan Harry dkk yang berusaha mencari Horcrux karena
Saya merasa, buku ini menggambarkan kondisi seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Dimulainya project baru di kantor, terus terang membuat saya stres. Sering mandeg, pengen nangis, pokoknya campur aduk. Saya berusaha bangkit setiap harinya dan menyemangati diri saya bahwa saya bisa.
Bukan berarti saya dilanda dilema. Saya menyukai tempat kerja saya sekarang ini. Teman-teman kantor yang diajak gila2an bareng membuat suasana hati saya semangat. Sudah 3 tahun saya bekerja di tempat ini, tantangan baru memanggil saya. Tantangan baru ini membuat saya harus mempertimbangkan dengan matang. Meninggalkan tempat kerja sekarang atau meninggalkan tantangan baru. It's time for me to choose and learn to let other go. Apapun keputsannya.
Buku ketujuh ini benar-benar pamungkas karena menyediakan semua jawaban atas hal-hal yang menjadi pertanyaan dari buku pertama. Tidak menyesal