Sekedar flashback sedikit, saya memerlukan waktu 4 tahun untuk menemukan apa yang ingin saya kerjakan. Bisa dibilang, pekerjaan pertama saya yang membuka jalan saya untuk menemukan apa yang ingin saya kerjakan.
Ya, saya ingin bekerja di bidang pendidikan.
Pekerjaan pertama saya di sebuah lembaga asing yang bergerak di bidang pendidikan. Saat itu, saya tidak terhubung langsung dengan program pendidikan mereka. Saya membantu di bagian administrasi kantor. Beberapa bulan kemudian, saya ditempatkan di bagian yang bersentuhan dengan bidang pendidikan, tepatnya bagian event untuk alumni. Tidak hanya event, saya juga membantu pengaturan administrasi bagi keberangkatan para penerima beasiswa.
Pengalaman pertama ini membawa saya untuk bekerja di salah satu yayasan yang bergerak di bidang pendidikan. Saya tergabung di dalam tim yang sedang mengerjakan project membangun lembaga pendidikan tinggi. Suka duka sebuah project saya nikmati hingga akhirnya sekolah tinggi itu berdiri. Saya pun dipindahkan untuk menjadi tenaga administrasi di sekolah itu. Tepatnya di bagian sekretariat kemahasiswaan.
Hampir 3 tahun lamanya saya bekerja, dan saya rasa bekerja dengan para mahasiswa itu semakin membangkitkan keinginan saya untuk berbuat lebih banyak lagi. Sehingga saya memutuskan untuk pindah ke yayasan lain. Fokusnya, membantu lulusan SMA/SMK untuk mendapatkan pekerjaan.
Disinilah saya akhirnya menemukan apa yang saya cari selama ini. Yayasan kami ini mungkin kecil, tapi kami mempunyai mimpi bahwa kami bisa membantu banyak lulusan SMA/SMK untuk meraih mimpi mereka. Kami percaya bahwa faktor ekonomi yang menghambat mereka melanjutkan pendidikan, bukanlah batu penghalang untuk meraih impian mereka. Pendidikan mereka mungkin tertunda, tapi mereka bisa mengejarnya dengan mendapatkan pekerjaan.
Setiap minggu saya bertemu dengan pribadi berbeda, yang unik namun mempunyai satu mimpi. Mereka ingin bekerja untuk memperbaiki kehidupan mereka. Bekerja untuk meraih impian mereka. Saya mendengarkan banyak cerita mengenai kehidupan mereka dan perjuangan mereka selama ini. Cerita dan semangat mereka membuat saya dan juga anggota tim lainnya terpacu untuk membantu mereka.
Di saat kami sedang bersemangat melakukan pekerjaan kami, tiba-tiba saja keluar pengumuman dari manajemen bahwa kegiatan kami berhenti di bulan Agustus yang lalu. Alasan sebenarnya tidak pernah disampaikan secara eksplisit, namun yang pasti bukan karena finansial. Apapun itu, kami semua patah hati atas keputusan dari manajemen.
Bagi saya, keputusan itu membuat saya sedih bukan kepalang. Bagaimana jika kalian ada di posisi saya, sedang melakukan hal yang kalian sukai lalu tiba-tiba dihentikan? Saya sampai membatin, "Mending loe bunuh gue karena loe stop kerjaan ini!"
Astaghfirullah...
Saya melewati proses yang tidak mudah untuk menerima keputusan ini. Saya sempat bingung apa yang harus saya lakukan. Saya tidak memikirkan bahwa saya akan menjadi pengangguran. Saya lebih memikirkan bagaimana dengan keadaan dari anak-anak yang sudah dan sedang kami bantu.
Kemarin, kami berbincang sebentar di grup WhatsApp. Semuanya sama, masih belum bisa move on dari tempat kerja kami sebelumnya. Apa yang kami kerjakan sebelumnya masih membekas di hati kami. Semuanya merasakan kehilangan besar karena apa yang kami kerjakan merupakan impian besar kami.
Mungkin bukan kami yang nantinya akan mengerjakan mimpi besar kami ini. Kami mungkin akan melihat adanya tim lain yang mewujudkan mimpi besar kami ini. Satu hal yang pasti, keinginan kami untuk membantu tidak akan pernah padam.
Inilah hasrat kami...