Kalau diingat lagi, awal pertama saya menggunakan media sosial bisa ditelusuri dari akhir tahun 90an, kira-kira tahun 1999. Saat itu saya baru pertama kali memasang jaringan internet di rumah. Setelah terpasang, saya cukup aktif di chat room mIRC dan juga ICQ. Untuk ukuran anak SMP, saya cukup pintar untuk menyamar jadi orang yang jauh lebih tua ketika online. Lagipula, saya hanya memilih chat room bertema umum kok, tidak spesifik yang seperti bagaimana. Setelah itu saya memutuskan untuk aktif di milis saja karena bosan dengan mIRC hehehe.
Ketika kuliah, muncul Friendster. Di situlah saya merasakan sedikit kekuatan jaringan sosial. Saya dipertemukan dengan teman-teman saya semasa SD hingga teman-teman baru yang memiliki kesukaan yang sama akan sesuatu. Setelah Friendster, saya pun mencoba layanan baru dari Facebook, yang bertahan sampai sekarang.
Saya juga orang gemar bereksperimen. Saya pun mencoba beberapa layanan media sosial lain. Hanya untuk tahu fitur apa yang ditawarkan dan bagaimana sih profil anggotanya. Masih saya lakukan hingga sekarang. Terakhir, saya malah mendaftar ke situs kencan hanya karena iseng saja.
Jujur, awalnya ikut bikin akun di media sosial ya karena saya ingin terhubung dengan teman-teman saya. Sekarang saya semakin selektif untuk memilih siapa saja yang bisa saya masukkan ke dalam lingkaran pertemanan di media sosial. Untuk keluarga, hanya saya buka akses di Facebook dan Twitter saja.
Walaupun lingkaran pertemanan saya cukup besar di media sosial, tetap saja saya memilih untuk memperkuat pertemanan saya di dunia nyata. Saya beruntung mempunyai lingkaran pertemanan yang cukup akrab. Buat saya, teman dari media sosial hanyalah bonus.
*Hari 28 dari 365 hari tantangan menulis
Tema 1 April: Jejaring Sosial
Apa Anda merasa seperti “mendapatkan” media sosial, Anda menggunakannya hanya karena di situ teman dan keluarga Anda tergabung?
Ketika kuliah, muncul Friendster. Di situlah saya merasakan sedikit kekuatan jaringan sosial. Saya dipertemukan dengan teman-teman saya semasa SD hingga teman-teman baru yang memiliki kesukaan yang sama akan sesuatu. Setelah Friendster, saya pun mencoba layanan baru dari Facebook, yang bertahan sampai sekarang.
Saya juga orang gemar bereksperimen. Saya pun mencoba beberapa layanan media sosial lain. Hanya untuk tahu fitur apa yang ditawarkan dan bagaimana sih profil anggotanya. Masih saya lakukan hingga sekarang. Terakhir, saya malah mendaftar ke situs kencan hanya karena iseng saja.
Jujur, awalnya ikut bikin akun di media sosial ya karena saya ingin terhubung dengan teman-teman saya. Sekarang saya semakin selektif untuk memilih siapa saja yang bisa saya masukkan ke dalam lingkaran pertemanan di media sosial. Untuk keluarga, hanya saya buka akses di Facebook dan Twitter saja.
Walaupun lingkaran pertemanan saya cukup besar di media sosial, tetap saja saya memilih untuk memperkuat pertemanan saya di dunia nyata. Saya beruntung mempunyai lingkaran pertemanan yang cukup akrab. Buat saya, teman dari media sosial hanyalah bonus.
*Hari 28 dari 365 hari tantangan menulis
Tema 1 April: Jejaring Sosial
Apa Anda merasa seperti “mendapatkan” media sosial, Anda menggunakannya hanya karena di situ teman dan keluarga Anda tergabung?