"If two people love each other, but they just can't seem to get it together, when do you get to that point of enough is enough?"
Itu adalah kalimat yang diucapkan oleh Samantha Barzel (Julia Roberts) kepada Jerry Welbach (Brad Pitt) dalam film The Mexican. Ketika mendengar kalimat ini, saya merasa tertohok. Masalah hati, saya sedikit bermasalah hehehe.
Bisa dibilang, selama tahun 2013-2014, perjalanan saya dalam mencari seorang pacar cukup berliku. Sampai-sampai teman saya mengatakan kalau saya ini "unpredictable girl" karena seringnya saya berpindah ke lain hati (cieeeh bahasanya).
Bisa dibilang, selama tahun 2013-2014, perjalanan saya dalam mencari seorang pacar cukup berliku. Sampai-sampai teman saya mengatakan kalau saya ini "unpredictable girl" karena seringnya saya berpindah ke lain hati (cieeeh bahasanya).
Tahun 2013, saya sedang berpacaran dengan, sebut saja namanya A. Selama 3,5 tahun hubungan kami, banyak mengalami pasang surut tapi kami baik-baik saja. Bahkan banyak yang mengira bahwa kami akan menikah pada akhirnya. Namun itu semua berubah.
Suatu pagi saya tiba-tiba terbangun dengan satu pikiran, "He's not good enough for me!"
Saya sampai berdiskusi dengan almarhum Mama saya. Ketika itu, Mama hanya menjawab, "Mungkin doa Mama dijawab ya, Kak."
Jawaban simpel itu akhirnya menyadarkan saya bahwa Mama tidak setuju hubungan saya dengan A. Ya, kami pernah berdebat keras mengenai ini. Mama memilih untuk tidak mengatakan apa-apa lagi, kecuali berdoa. Saya percaya kekuatan doa orang tua, maka saya putuskan hubungan dengan A. Itulah bel pertama saya.
Saya pun berkenalan dengan beberapa pria dalam kurun waktu 2013-2014 ini, baik dikenalkan melalui teman atau kami bertemu di suatu acara. Bel-bel berikutnya pun bermunculan. Ada kalanya bel tersebut muncul dalam waktu bulanan (biasanya kurang dari 3 bulan). Kadang bel tersebut berbunyi dalam hitungan hari.
Teman-teman saya sampai bingung. Satu hari saya bisa berbicara mengenai Pria X. Bisa saja dalam hitungan hari saya sudah berbicara mengenai Pria Y. Ketika ditanya apa yang dicari, saya cuma bisa menjawab, "Yang penting cocok sama gue."
Yang cocok seperti apa, saya tidak bisa menjawab juga. Saya yakin jika sudah bertemu pria yang cocok itu, akan ada bel lain yang berbunyi. Sampai saya bertemu dengan, sebut saja J.
Kami tergabung di komunitas yang sama tapi tidak pernah berinteraksi sebelumnya. Apalagi saya termasuk silent reader. Sampai suatu saat saya memecah kesunyian saya dengan mengajukan suatu pertanyaan di ruang group chat. J pun sedang asik berinteraksi dengan anggota lainnya. Satu kalimat dari saya membuat dia japri saya.
That's when the story begins... I can hear a different bell sound...
Dalam waktu singkat, kami memutuskan untuk bersama. Bel tersebut semakin nyaring berbunyi di bulan keempat kami bersama sekarang ini. Saya akhirnya bisa berkata, "Inilah pria yang cocok sama gue!"
Kami belum tahu masa depan kami dan jujur, kami masih senang menjalani hubungan ini apa adanya. Dengan J, saya menemukan petualangan baru. Wah saya bisa bikin satu posting sendiri. Intinya, kapan pencarian saya berhenti?
Saat ini, pencarian saya sudah cukup sampai di sini. Biarkan saya menikmati bunyi bel ini selama mungkin.
Suatu pagi saya tiba-tiba terbangun dengan satu pikiran, "He's not good enough for me!"
Saya sampai berdiskusi dengan almarhum Mama saya. Ketika itu, Mama hanya menjawab, "Mungkin doa Mama dijawab ya, Kak."
Jawaban simpel itu akhirnya menyadarkan saya bahwa Mama tidak setuju hubungan saya dengan A. Ya, kami pernah berdebat keras mengenai ini. Mama memilih untuk tidak mengatakan apa-apa lagi, kecuali berdoa. Saya percaya kekuatan doa orang tua, maka saya putuskan hubungan dengan A. Itulah bel pertama saya.
Saya pun berkenalan dengan beberapa pria dalam kurun waktu 2013-2014 ini, baik dikenalkan melalui teman atau kami bertemu di suatu acara. Bel-bel berikutnya pun bermunculan. Ada kalanya bel tersebut muncul dalam waktu bulanan (biasanya kurang dari 3 bulan). Kadang bel tersebut berbunyi dalam hitungan hari.
Teman-teman saya sampai bingung. Satu hari saya bisa berbicara mengenai Pria X. Bisa saja dalam hitungan hari saya sudah berbicara mengenai Pria Y. Ketika ditanya apa yang dicari, saya cuma bisa menjawab, "Yang penting cocok sama gue."
Yang cocok seperti apa, saya tidak bisa menjawab juga. Saya yakin jika sudah bertemu pria yang cocok itu, akan ada bel lain yang berbunyi. Sampai saya bertemu dengan, sebut saja J.
Kami tergabung di komunitas yang sama tapi tidak pernah berinteraksi sebelumnya. Apalagi saya termasuk silent reader. Sampai suatu saat saya memecah kesunyian saya dengan mengajukan suatu pertanyaan di ruang group chat. J pun sedang asik berinteraksi dengan anggota lainnya. Satu kalimat dari saya membuat dia japri saya.
That's when the story begins... I can hear a different bell sound...
Dalam waktu singkat, kami memutuskan untuk bersama. Bel tersebut semakin nyaring berbunyi di bulan keempat kami bersama sekarang ini. Saya akhirnya bisa berkata, "Inilah pria yang cocok sama gue!"
Kami belum tahu masa depan kami dan jujur, kami masih senang menjalani hubungan ini apa adanya. Dengan J, saya menemukan petualangan baru. Wah saya bisa bikin satu posting sendiri. Intinya, kapan pencarian saya berhenti?
Saat ini, pencarian saya sudah cukup sampai di sini. Biarkan saya menikmati bunyi bel ini selama mungkin.